Halaman

Jumat, 08 Juni 2012

KARISMA AIRLANGGA Islamic Student Institute proudly present

MAGICK
(Minimagazine Islamic KARISMA) edisi perdana.
Ada berbagai hal menarik didalamnya. Bercerita seputar hubungan Indonesia dengan Khilafah Utsmaniyah, juga ada rubrik Curhat yang diasuh oleh Ning Curhat. Selain itu ada rubrik yg diasuh oleh Ibu Lilik Susilowati SSi, MSi yg mbahas tentang pacaran Islami. Kalian juga bakal dapat info seputar mengatasi candid camera yg biasanya terpasang di kamar ganti mall2 besar. Yuks ikuti selengkapnya di MAGICK edisi 1. Dapatkan di distro MAGICK.

Kampus A : Meivita (085336095330)
Kampus B : Eka (085746831963)
Kampus C : Niken (085648971650)

Jangan lewatkan edisi terbatas ini, hanya dengan Rp. 1500 saja...

Rabu, 16 Maret 2011

SEMINAR PENDIDIKAN REGIONAL 2 APRIL 2011


 
KARISMA AIRLANGGA PRESENT

SEMINAR PENDIDIKAN REGIONAL
Menjawab Keraguan Intelektual: 
"HANYA KHILAFAH, JAWABAN ATAS TANTANGAN GLOBAL PENDIDIKAN TINGGI"

2 APRIL 2011
PUKUL 08.00 -12.30 WIB
TEMPAT AULA FADJAR NOTONEGORO FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA

SEGERA DAFTAR TEMPAT TERBATAS !!!

CP:

NOVI        : 085655335270
HIKMAH  : 08563465575
DIDIN       : 085751129060

Senin, 28 Februari 2011

Ahmadiyah Berulah, Umatpun Marah


                 Ahmadiyah lagi, ahmadiyah lagi. Tak kunjung selesai juga kasus ahmadiyah ini hingga terjadi tragedi Cikeusik beberapa hari yang lalu. Bentrokan fisik pecah antara masyarakat dengan jemaat Ahmadiyah, terjadi sekitar pukul 10.30 Wib hari Ahad (6/2/2011), di kampung Pasir Peuteuy, Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten. Akibatnya tiga orang tewas dan sejumlah lainya luka-luka. Menurut beberapa sumber informasi yang bisa dipercaya, bentrokan dipicu oleh sikap dan pernyataan jemaat Ahmadiyah yang provokatif terhadap masyarakat setempat. Kapolri Timur Pradopo menyatakan para penentang Ahmadiyah adalah warga setempat dan sementara Jemaat Ahmadiyah dibantu sekitar 15 orang yang disinyalir datang dari Bekasi (Republika, 7/2) -menurut sebagian media lain, jumlahnya sekitar 20 orang lebih datang dari Jakarta - dengan maksud mengamankan aset Ahmadiyah dan membela jemaat Ahmadiyah sampai titik darah penghabisan! Masya Allah! (siapa yg berkepentingan di balik ini semua???)
Presiden SBY meminta semua pihak untuk mematuhi Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri mengenai Ahmadiyah (Republika, 8/2). Dalam SKB jemaat Ahmadiyah dinilai beraliran sesat dan tidak boleh menyebarkan keyakinan mereka kepada umat Islam dan bila melanggar akan dikenakan sanksi. Jika masih membandel akan dibubarkan. SKB itu ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2008, yang ditandatangani oleh Menag, Jaksa Agung dan Mendagri waktu itu.
Kita tidak habis pikir, kenapa kasus Ahmadiyah tidak kunjung usai? Seolah pemerintah hanya bisa menghimbau, mengevaluasi tapi minus solusi dan langkah tegas. Wajar jika kemudian muncul anggapan, pemerintah tidak konsisten dan “sengaja” melakukan pembiaran atas gesekan-gesekan fisik masyarakat dengan Ahmadiyah. Bahkan “isu Ahmadiyah” seakan sengaja dipelihara dan dijadikan komoditas politik dan kepentingan kelompok tertentu.
WASPADA POLITISASI
Sesaat setelah peristiwa “Cikeusik” meletus, ada upaya tertentu untuk memblow-up peristiwa itu -ditambah lagi peristiwa Temanggung-. Peristiwa itu dijadikan bukti untuk mengatakan buruknya toleransi kehidupan beragama di negeri ini. Umat Islam pun kembali menjadi tertuduh. Peristiwa “Cikeusik” -juga Temanggung- digunakan oleh para pengusung ide-ide sesat sepilis (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme) untuk mengkampanyekan ide toleransi, pluralisme, dan kebebasan ala mereka. Jargon “HAM” pun mereka gunakan untuk melindungi eksistensi kelompok sesat dan menodai keyakinan umat Islam. Bahkan MUI dan SKB Tiga Menteri tentang Ahmadiyah mereka tuding menjadi salah satu pemicu kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah.
MENGURAI AKAR MASALAH
Pertama, kelompok Ahmadiyah sebagai kelompok sesat tetap dibiarkan eksis dan mengklaim diri bagian dari Islam dan kaum muslim. Padahal kesesatan Ahmadiyah telah menjadi perkara yang disepakati (mujma’ alaihi) dan jelas oleh MUI pd tahun 1980 dan 2005 serta oleh Lembaga Muslim Dunia pada tahun 1974. Usaha dialog dan dakwah yang persuasif kepada mereka selama ini juga tidak dihiraukan dan jemaat Ahmadiyah tetap kukuh dengan keyakinan sesatnya yang menodai keyakinan umat Islam. Mereka pun tetap kukuh mengklaim bagian dari Islam dan umat Islam.
Kedua, keberadaan individu dan kelompok pengusung ide Sepilis yang dengan kedok HAM dan Demokrasi berusaha membela kelompok sesat Ahmadiyah. Keberadaan mereka bisa ikut andil melanggengkan masalah ini, bukan menyelesaikannya.
Ketiga, ketidaktegasan pemerintah. SKB tidak dijalankan dan dilanggar, tetapi tidak ada tindakan. Pemerintah pun tidak tegas memposisikan Ahmadiyah, padahal telah jelas menyimpang dan di luar Islam. Di sinilah pemerintah terlihat lalai bahkan “gagal” melindungi keyakinan mayoritas umat Islam.
BUTUH KEJELASAN DAN TINDAK TEGAS PEMERINTAH!
Saat ini pemerintah hanya punya dua pilihan.
Pilihan pertama, membiarkan Ahmadiyah seperti semula. Pilihan ini sangat berbahaya. Itu artinya masalah Ahmadiyah akan terus terjadi. Masalah itu akan menjadi “bara dalam sekam” tinggal menunggu pemantiknya, bisa berkobar makin liar dan tentu akan sangat merugikan bagi kehidupan umat.
Pilihan kedua, bubarkan Ahmadiyah dan jika Ahmadiyah tetap ngotot dengan pendiriannya, maka pemerintah dengan dukungan mayoritas umat Islam bisa menetapkan Ahmadiyah bukan lagi bagian dari Islam dan jemaatnya bukan orang Islam.
Kunci penyelesaian masalah ini bergantung kepada keberanian dan ketegasan pemerintah mengimplementasikan SKB yang ada. Jangan sampai melahirkan kekecewaan umat, ketika MUI dan masyarakat sudah melaporkan bahwa sampai saat ini jemaat Ahmadiyah masih menjalankan keyakinannya dan tidak berubah sama sekali, pemerintah tidak merespon dan tidak mengambil tindakan semestinya.
Maka yang ditunggu umat Islam hingga saat ini adalah bukti dan realisasi dari SKB, bukan sekadar himbauan. Jika tidak, kelompok Ahmadiyah yang jumlahnya tidak sampai 0,01% dari penduduk Indonesia itu, akan terus menodai keyakinan umat Islam, mayoritas penduduk negeri ini, dan bahkan terus menjadi pemantik gesekan-gesekan fisik dalam kehidupan beragama, khususnya di tengah umat Islam.
KESIMPULAN!
Ide demokrasi, sekulerisme, pluralisme dan liberalisme (yang menjadi penyebab utama muncul dan suburnya berbagai aliran sesat) telah sangat nyata adalah ide busuk dan akan selalu menimbulkan keburukan. Dan jika pemerintah masih mempercayai ide2 tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan masalah Ahmadiyah dan penodaan keyakinan umat Islam akan terus terjadi.
Maka sudah saatnya, umat Islam mencampakkan ide2 sesat –sekularisme, pluralisme, liberalisme  dan demokrasi- kemudian menggantinya dengan penerapan syariah Islam dan mewujudkan pemerintahan yang menerapkannya, yaitu KHILAFAH ISLAM. Sehingga semua masalah akan bisa diselesaikan dan keadilan akan dirasakan oleh semua, termasuk non muslim seperti yang telah ditampilkan berabad-abad dalam sejarah kaum muslim. WalLâhu a’lam bi ash-Shawâb. []

1001 Inventions and The Library of Secrets - starring Sir Ben Kingsley a...

Senin, 13 Desember 2010

H i V_AIDS Ancaman Maut bagi Generasi Muda

1 Desember, diperingati sebagai hari HIV AIDS sedunia termasuk bagi Indonesia. HIV-AIDS menjadi ancaman yang sangat serius bagi umat manusia saat ini. Sekali seseorang terinfeksi HIV, ia akan menjadi pengidap HIV-AIDS seumur hidupnya, dan ketika telah masuk pada fase AIDS, berbagai penyakit akan mudah menjangkiti hingga berakhir pada kematian. Yang lebih parah lagi, hingga saat ini, belum ditemukan obat ataupun vaksin untuk menyembuhkannya. Anti Retroviral (Obat yang selama ini digunakan untuk penderita HIV-AIDS) saja hanya mampu memperlambat perkembang-biakan virusnya.

Jumlah penderita HIV-AIDS meningkat sangat cepat, mengikuti deret ukur dan menimpa usia produktif. Menurut data Statistik Ditjen PPM & PL Depkes RI  Kasus HIV-AIDS di Indonesia s/d Juni 2010 jumlah penderita terbanyak yang mengidap ancaman maut ini adalah usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 10471 jiwa. Parahnya lagi, meski laju penularan HIV-AIDS di dunia mencapai 16 ribu jiwa yang terinfeksi baru setiap harinya, namun ternyata laju penularan HIV-AIDS di Indonesia merupakan yang tercepat di Asia, Hal tersebut dikatakan oleh Prof Dr dr Nasronudin SpPD K-PTI FINASIM pada acara jumpa pers persiapan pelantikan Guru Besar Unair, Gedung Unair (21/10/2010).

Beberapa kalangan menilai penularan terbesar dari kasus HIV-AIDS adalah melalui penggunaan jarum suntik bergantian pada penderita narkoba. Ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sub Dinas kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Jatim Dian Islami yang menyatakan bahwa sebanyak 45% penyebab HIV-AIDS remaja ditularkan karena suntik narkoba. Namun tidak bisa dipungkiri free sex juga turut menjadi penyumbang besar dalam penularan HIV-AIDS remaja. Ini tidak mengherankan mengingat data menunjukkan bahwa 55% remaja telah melakukan hubungan seks pra nikah (www.kompas.com).

Upaya Penanggulangan HIV-AIDS oleh pemerintah

Sungguh miris mengetahui penyebab penularan HIV-AIDS ini. Semakin miris lagi dengan sikap dunia dalam upaya menyelesaikan permasalahan ini. UNAIDS sebagai lembaga dunia yang menangani permasalahan AIDS justru memberikan solusi atas permasalahan HIV-AIDS ini dengan kondomisasi 100%, harm reduction, pembagian jarum suntik gratis dan hidup berdampingan dengan sehat bersama ODHA.

Ide penyediaan kondom dapat mendorong peningkatan perilaku seks bebas di kalangan generasi muda. Untuk mengatasi penularan HIV-AIDS di kalangan pengguna narkoba, pemerintah juga tidak berusaha menyelesaikan dengan jalan yang tepat. Malah menggalakkan program pemberian jarum suntik dan harm reduction yang meliputi substitusi metadon pada para pengguna narkoba. Sebuah sikap yang sangat tidak bijaksana. Karena hal ini jusru memfasilitasi mereka untuk mengkonsumsi barang haram ini dan bukan menghentikan mereka.

Parahnya dengan dalih untuk menanggulangi HIV-AIDS pemerintah menggalakkan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks ini adalah adaptasi dari tema yang diangkat dunia dalam peringatan Hari AIDS dunia tahun 2010. Program kontroversi yang justru semakin memarakkan free sex. Ini disebabkan program pendidikan seksual saat ini tidak hanya mencakup fakta-fakta biologis, tapi juga menyuguhkan informasi dan keterampilan praktis kepada para remaja tentang berkencan, hubungan seks, serta penggunaan kontrasepsi. Dari segi muatannya, materi  yang disampaikan berisi  gambar dan penjelasan vulgar, provokatif (keinginan untuk mencoba) serta tidak tepat sasaran (lebih tepat untuk pasutri). Dengan pendidikan seksual yang demikian, akan semakin mendorong adanya liberalisasi pergaulan.

Seperti kita ketahui free sex dan pengkonsumsian narkoba merupakan produk dari kebebasan individu yang sangat diagung-agungkan dalam sistem kehidupan bangsa kita saat ini. Yakni sistem Kapitalisme yang sangat mendewakan paham liberalismenya.

Solusi Islam dalam HIV-AIDS

Islam sebagai agama yang sempurna, telah menjadi keyakinan mayoritas bangsa, termasuk di Indonesia selama berabad-abad. Penerapan aturan Islam akan membawa maslahat dan rahmat bagi seluruh umat manusia baik muslim maupun non muslim. Beberapa solusi telah tertuang dalam syariat Islam untuk mengatasi permasalahan mendasar dari HIV-AIDS ini. Upaya preventif dalam syariat Islam untuk menghindarkan manusia dari penyakit mematikan ini adalah dengan adanya larangan untuk melakukan aktifitas yang mendekati pada zina (baca: free sex). Ini seperti yang difirmankan AlLoh SWT dalam surat Al Isra' (17) ayat 32
“Janganlah kalian mendekati zina karena sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan”

Islam mengharamkan perilaku seks menyimpang, antara lain homoseks (laki-laki dengan laki-laki) dan lesbian (perempuan dengan perempuan ). Firman Allah SWT dalam surat al A'raf ayat 80-81 :
“ Dan (kami juga telah mengutus) Luth ( kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka : Mengapa kamu mengerjakan perbuatan kotor itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun manusia (didunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu ( kepada mereka ), bukan kepada wanita, Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.

Disisi lain, Islam telah mengharamkan khamr dan seluruh benda yang memabukkan serta mengharamkan narkoba. Sabda Rasulullah SAW
“Setiap yang menghilangkan akal itu adalah haram” (HR. Bukhori Muslim)
Narkoba termasuk sesuatu yang dapat menghilangkan akal dan menjadi pintu gerbang dari segala kemaksiatan termasuk seks bebas. Kerja sama yang baik dari masyarakat sangat diperlukan untuk bisa menghadang sekaligus memberantas tuntas aktivitas menyimpang ini. Yakni dengan melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Mengajak manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT dan menjauhi perbuatan dan barang-barang yang telah Allah haramkan. Selain itu diperlukan pemerintah yang tegas dalam memberi sangsi bagi pelaku yang mendekati zina apalagi yang melakukan zina.

Bagi orang –orang yang sudah terlanjur terkena HIV-AIDS maka Islam meberikan solusi dengan melakukan karantina terhadap penderitanya. Karena tidak bisa dipungkiri HIV-AIDS adalah penyakit yang menular meski HIV-AIDS hanya akan menular lewat persentuhan cairan tubuh (darah, cairan alat genital).

Selain itu negara wajib menggerakkan dan memberikan fasilitas kepada para ilmuwan dan ahli kesehatan agar secepatnya bisa menemukan obat dari penyakit HIV-AIDS yang sampai sekarang belum ditemukan. Upaya ini memerlukan kerjasama yang bagus dari individu, masyarakat dan negara. Individu yang bertaqwa kepada Allah akan terdorong untuk mengamalkan ilmunya demi kemaslahatan umat, didukung dengan masyarakat  dan lingkungan kondusif untuk melaksanaan penelitian ini, dan disokong pula oleh sebuah pemerintahan amanah dan senantiasa berpedoman kepada syariat Allah SWT, Khilafah Islamiyah.

Kamis, 04 November 2010

MAHASISWA DALAM ANCAMAN TERORISME

    Kasus terorisme kembali mewarnai dunia surat kabar dan media elektronik kita. Kasus perampokan bank pun disebut-sebut sebagai ulah 'sang teroris'. Sebelumnya, negeri ini telah mencatat rentetan peristiwa pem-bom-an yang dimulai dengan kejadian ledakan bom di Bali. Dan yang paling memilukan adalah terjadinya peledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton pada tahun 2009 lalu. Memilukan karena banyaknya korban yang berjatuhan, bertambah memilukan karena menyeret nama mahasiswa yang terlibat dalam peristiwa ini. Mengapa kasus terorisme 'seolah' dikaitkan dengan sosok mahasiswa? Lalu bagaimana kita (sebagai mahasiswa) seharusnya menyikapi hal ini?

Mahasiswa Teroris?
    Setelah peristiwa peledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton, tak henti-hentinya media memberitakan adanya keterlibatan mahasiswa dalam jaringan teroris. Bahkan kampus-kampus yang berbasis Islam diduga banyak melahirkan 'sosok fundamental' yang pada akhirnya melakukan tindakan teror di negeri ini.
    Sebut saja  dalam peristiwa peledakan bom yang terjadi di JW Marriott dan Ritz Carlton telah menyeret dua nama mahasiswa, yakni Sonny dan Fajar yang keduanya tercatat sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Polri menangkap dan menahan keduanya atas dugaan menyembunyikan buronan dan mengetahui keberadaan bahan peledak namun tidak melaporkannya ke polisi (www.antaranews.com, 12/10/2009).
    Kawan, alasan penangkapan terhadap mahasiswa yang diduga terlibat dalam jaringan teroris kadangkala tidak mengarah pada bukti yang pasti. Seperti pada penangkapan dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta yang diduga terlibat jaringan teroris. Dua mahasiswa itu adalah Abdul Rochman dan Abdur Rochim, kakak beradik berusia 25 tahun dan 22 tahun yang ditangkap Densus 88 pada Senin 17 Mei 2010. Keduanya diduga penyebar film-film latihan militer para teroris melalui internet (www.vivanews.com, 19/05/2010). Nah lho...gimana dengan tersangka penyebar film-film porno??? No action.

Sinergisme Mahasiswa  dalam Menghadapi Ancaman Terorisme
    Opini keterlibatan mahasiswa dalam jaringan teroris mulai terbentuk di tengah-tengah masyarakat. Berbagai macam reaksi pun muncul, baik dari kalangan masyarakat maupun kalangan mahasiswa sendiri. Mahasiswa sebagai kaum intelektual, tentunya dalam menanggapi kasus ini  harus dengan cara-cara yang intelek pula.
Kawan, di tengah arus opini yang menyudutkan mahasiswa, sekelompok mahasiswa memiliki cara tersendiri dalam menanggapinya. Cara yang mampu menyentuh sisi intelektual mahasiswa. Yap, tepatnya pada hari Sabtu, 24 Oktober 2010 telah diadakan Diskusi Intelektual Mahasiswa dengan tema “Membangun Sinergi Pergerakan Mahasiswa dalam Mewujudkan Kewaspadaan dan Solusi Menghadapi Ancaman Terorisme”. Acara yang diselenggarakan oleh BEM FMIPA UNESA ini dihadiri oleh aktivis mahasiswa diantaranya dari Unair, ITS, dan IAIN. Diskusi ini dihadiri oleh berbagai lembaga mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus. Karisma sebagai salah satu lembaga mahasiswa di Unair turut hadir pula.
Sebagai pembicara dihadirkan para narasumber yang memiliki kapasitas luar biasa, yakni Dian Hijrah (MPM UNESA  HMI Jatim), Fendy Eko Wahyudi (ICMI Jatim  Pascasarjana Unair), dan Erwin Permana (BE Kornas BKLDK  Pascasarjana UI).
    Pada kesempatan itu, Mas Dian Hijrah menyampaikan bahwa mahasiswa tidak boleh menanggapi isu terorisme ini secara frontal. Namun harus mampu menunjukkan sisi intelektualitas mahasiswa dengan senantiasa melakukan diskusi. Tidak hanya berhenti di situ, tapi kita harus bisa mengimplementasikan hasil dari diskusi. Selain itu, mahasiswa harus mampu berfikir secara objektif terhadap setiap persoalan yang terjadi di masyarakat, termasuk terorisme. Dari sini maka butuh adanya sinergisitas di antara pergerakan mahasiswa.
    Tonggak perubahan ada di tangan mahasiswa. Seolah mengingatkan pada sejarah, Mas Fendy memberikan fakta historis masa lampau, dimana para aktivis pergerakan seperti Soekarno dkk senantiasa melakukan diskusi, memikirkan bagaimana melakukan perubahan mendasar di Indonesia .Dari aktivitas diskusi
intelektual inilah akan menjadi api yang membara yang akan menyinari masyarakat. Ide-ide yang disampaikan harus bisa membumi dan mampu memecahkan setiap persoalan di masyarakat. Terutama bagi aktivis mahasiswa Islam harus mampu menjelaskan bagaimana Islam dalam memecahkan setiap persoalan masyarakat. Untuk itu, para aktivisnya pun harus memiliki bekal pengetahuan Islam yang mendalam.
    Kini mahasiswa dihadapkan pada isu terorisme. Mas Erwin Permana dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa isu terorisme ini baru muncul dan kemudian masuk ke Indonesia pasca peristiwa 911, yakni setelah runtuhnya gedung WTC dan Pentagon di Amerika. Sejak peristiwa tersebut, Amerika senantiasa merawat isu terorisme dengan jargon 'war on terorism' karena memiliki kepentingan imperialisme di negeri-negeri kaum muslim. Sayangnya negeri muslim seperti Indonesia justru menyambut isu ini dan mengambil mentah-mentah. Seakan-akan di negeri ini memang ada teroris sehingga dibuatlah Densus 88. Untuk Densus 88 ini Amerika Serikat menggelontorkan dana sebesar 20 Milyar dolar per tahun sedangkan Australia menggelontorkan dana sebesar 600 Milyar dolar per tahun. Keberadaan Densus 88 ini senantiasa dipelihara dengan adanya teroris-teroris. Ini jelas menunjukkan bahwa agenda terorisme bukanlah agenda rakyat Indonesia dan bukan pula agenda mahasiswa tapi agenda Amerika sehingga Mas Erwin berpesan bahwa kita jangan terjebak dalam isu terorisme. Permasalahan saat ini sangat banyak dan jangan berkutat pada isu terorisme semata.

Arah Sinergisitas Mahasiswa
    Kawan, sesungguhnya persoalan di negeri ini akan bisa diselesaikan ketika kita berusaha dengan sunguh-sungguh untuk melakukan perubahan. Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan  yang ada pada diri mereka sendiri” (TQS ar-Ra'd : 11).
    Usaha untuk melakukan perubahan haruslah dengan cara-cara yang dibenarkan Islam, bukan dengan kekerasan (misalnya melakukan tindakan teror). Kita tidak boleh terjebak terhadap isu terorisme yang dibawa oleh orang-orang barat. Persoalan negeri ini tidak hanya masalah ekonomi, kesehatan, politik, atau yang lainnya, namun persoalan utamanya adalah masalah sistem yang diterapkan negara. Negara telah menerapkan sistem kapitalisme yang telah nyata menjadi sebab keterpurukan.
    Kawan, sebagai mahasiswa kita harus senantiasa bersinergis untuk melakukan sebuah perubahan. Sinergi ini akan berhasil ketika para aktivis mahasiswa memiliki sebuah tujuan yang sama yakni untuk melakukan perubahan mendasar,  mengubah kondisi bangsa. Saling berdiskusi di antara pergerakan mahasiswa, sehingga akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mampu mengubah kondisi bangsa bahkan dunia. Sebagai muslim yang kebetulan menjadi mahasiswa, perubahan mendasar yang harusnya kita lakukan adalah dengan menjadikan Islam sebagai sistem aturan kehidupan. Setuju???
Waallahu 'alam bi ash-showab.